Kisah Qurban Indonesia di Somalia


Kisah Qurban Indonesia di Somalia, negara miskin di Afrika yang pendduduknya hampir 100% muslim. Bayangkan selama ini banyak umat muslim yang tak sadar dengan kondisi saudara di Somalia. 


Salah satu hal membanggakan sekaligus mengharukan adalah kisah Qurban di Somalia, memberikan daging bagi warga miskin di sana yang sehari-harinya untuk makan kecukupan saja sulit. Inlah kisah qurban dari Global Qurban ACT

Terik matahari serasa tepat hanya beberapa meter saja di atas ubun-ubun. Menyengat. Tapi bagi warga Mogadishu yang ikut membantu menaikkan daging-daging kurban ke atas truk, panas siang itu seperti panas biasa saja. Mereka tetap semangat. “Ikut ya untuk lihat distribusi. Kita ke kamp pengungsian warga Somalia yang datang dari banyak pedalaman Somalia,” ajak H. Ali Osman, Direktur Program Kurban ZamZam Foundation.
Muatan penuh, tiga truk bergerak ke gerbang keluar Jazeera. Truk tak bisa langsung keluar karena gerbang yang terbuat dari besi solid itu harus dibuka dulu oleh dua orang yang menyandang senjata. Selain dua orang itu ada juga dua orang penjaga lainnya yang juga menyandang senapan serbu produksi Uni Sovyet itu, semua berlabel Avtomat Kalashnikova.
Global Qurban coba menanyakan pemandangan itu kepada Ogle dari ZamZam, apakah sebebas itu setiap orang di Somalia menyandang senjata. “Tidak, untuk bawa (senjata) itu harus dapat ijin dari pemerintah. Tidak sembarang orang,” katanya. Diluar militer dan polisi, pemerintah mengijinkan tenaga sekuriti menyandang senapan serbu dan pistol jenis FN. Namun seringkali para tenaga sekuriti itu tak berseragam. Lebih sering terlihat sebagai warga sipil biasa.
Selepas gerbang, truk pun konvoi menuju Distrik Wadajir. Di sana terdapat satu kamp pengungsi warga Somalia yang berasal dari suku Abgaal, Murosade, Hawadle dan Habargidir, sub-suku dari suku Hawiye. Ini salah satu kamp terbesar di Mogadishu, dikenal sebagai Kamp Rajo. Untuk menuju kamp ini truk harus meliuk kiri-kanan menghindari jalan dengan aspal terkelupas.
Jalan raya di Mogadishu tak banyak yang mulus. Kalaupun mulus biasanya hampir separuhnya dalam kondisi rusak. Jalan yang kondisinya benar-benar baik hanya ada di pusat kota seperti di sepanjang Anatolia Street, Airport Street atau sekitaran pasar Bakara. Dari jalan utama menuju ke pemukiman warga di kota, semua jalan tak beraspal. Semua jalan tanah, berbatu dan berdebu. Padahal ini masih di ibukota. “Bertahun-tahun berkonflik, lima tahunan saja tidak cukup untuk memperbaiki infrastruktur di kota. Ya seperti inilah,” imbuh Ogle.
Menuju Kamp Rajo, pemandangan di kiri dan kanan jalan menyajikan tenda-tenda pengungsi dalam keadaan compang-camping. “Kita masih masuk ke dalam sana, bukan di sini,” kata Ogle. Makin ke dalam jumlah tenda semakin banyak. Konvoi truk pun berhenti di sebuah lapangan yang dikelilingi tenda-tenda pengungsian. Panas matahari semakin menyengat, tapi di sekitar lapangan para pengungsi justru duduk tenang mencangkung. Mereka sudah menunggu, dengan tak mempedulikan sengatan matahari di atas kepala.
Para perempuannya—dewasa dan anak-anak, duduk berkelompok sendiri, dengan pakaian muslimah dan hijab panjang berwarna-warni. Lelaki dewasanya pun mengelompok sendiri, begitu juga dengan anak-anaknya. Tak ada satupun dari mereka yang memakai penutup kepala demi menghalau sengatan panas. Alih-alih terlihat menunggu kedatangan truk mereka seperti terlihat sedang berjemur.
Semua duduk tenang dan tertib. “Mereka bukan dari distrik sekitar Mogadishu sini, tapi dari provinsi-provinsi di tengah dan timur Somalia. Kalau bukan karena akibat perang saudara atau berkonflik dengan kelompok Islam keras, di sana kehidupan mereka tak lebih baik,” jelas H. Ali Osman, yang ternyata sudah berada di Rajo lebih dulu. Truk pertama maju ke tengah lapangan. Pembagian hewan kurban pun dimulai. Dimulai dari kaum perempuannya yang dipanggil untuk berbaris, daging kurban mulai berpindah tangan dari relawan ke para pengungsi perempuan. Yang masih duduk mencangkung sabar menanti panggilan untuk masuk ke dalam baris antrian.
Tak sampai tuntas di Rajo, GQ bergerak ke lokasi lain. Total ada 7 distrik yang menjadi sasaran distribusi GQ dalam empat hari hajatan kurban di Somalia; Yagshid, Hawlwadag, Waheri, Hodan, Wadajir, Kaxda dan Dharkinley. Sebelum Minggu, distribusi GQ menghampiri Kamp Dadap, di perbatasan Somalia dengan Kenya. Selain kamp-kamp pengungsi, distribusi Global Qurban juga menyapa anak-anak yatim-piatu dan janda-janda korban perang saudara Somalia. Kurban Anda sungguh membahagiakan mereka. Kurban berkah!